ads
Hoax Imunisasi Bisa Rusak Sel dan DNA

Hoax Imunisasi Bisa Rusak Sel dan DNA

Smallest Font
Largest Font

Beritadata - Baru-baru ini, sebuah video yang menyebarkan informasi salah tentang bahaya imunisasi untuk anak-anak muncul di media sosial. Video tersebut mengklaim bahwa bahaya imunisasi bisa merusak sel dan DNA, sehingga menyebabkan penyakit autoimun, meningitis, dan penyakit lainnya. 

Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, Prima Yosephine, menekankan bahwa informasi dalam video tersebut sangat salah dan menyesatkan. Dia mengimbau masyarakat untuk mencari informasi yang benar dari sumber terpercaya, seperti situs resmi Kementerian Kesehatan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

"Narasi ini sangat keliru. Imunisasi tidak merusak sel dan DNA. Kami menyarankan masyarakat untuk mencari informasi yang benar dari website Kemenkes, WHO, CDC," kata Prima, sebagaimana dikutip oleh InfoPublik pada Sabtu (6/7).

Prof. Hindra Irawan Satari selaku Ketua Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas PP KIPI) memaparkan jika informasi mengenai rusaknya sel dan DNA, yang disebabkan oleh imunisasi sebenarnya telah menjadi isu lama dan telah dinyatakan sebagai hoax. Pasalnya, sampai sekarang tidak ada bukti secara ilmiah, atas rusaknya sel dan DNA akibat imunisasi, termasuk juga efek samping penyakit autoimun maupun meningitis.

"Isu ini sudah ada sejak 2002, dan hingga kini belum ada bukti yang mengaitkan kerusakan DNA, autoimun, dan meningitis dengan vaksinasi yang diberikan," ujar Prof. Hindra.

Imunisasi adalah upaya pemberian vaksin untuk melindungi seseorang dari penyakit tertentu dan meningkatkan kekebalan tubuh terhadap berbagai penyakit menular di masa depan. Imunisasi tidak hanya melindungi individu dari penyakit serius, tetapi juga melindungi masyarakat dengan membangun kekebalan komunitas dan mengurangi penyebaran penyakit.

Kementerian Kesehatan RI telah menekankan pentingnya imunisasi tepat waktu pada masa anak-anak. Pasalnya, imunisasi bisa membantu terbentuknya kekebalan tubuh kepada anak, sebelum mereka terkena penyakit yang beresiko terhadap kematian. Mengenai vaksin yang diberikan, juga telah melalui serangkaian pengujian hingga dipastikan aman untuk digunakan dan efektif.

Efek samping imunisasi yang umum adalah nyeri, demam, atau sakit kepala. Efek samping ini kemudian seringkali disebut sebagai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Akan tetapi yang perlu dicatat adalah KIPI tidak selalu terjadi dan resikonya pun sangat kecil, sementara manfaat pemberian imunisasi jauh lebih besar.

Selain itu, imunisasi juga bisa membuat orang tua lebih sedikit khawatir akan penyakit berbahaya dan menular yang bisa menjangkiti anak mereka. Dengan imunisasi, orang tua bisa lebih yakin bahwa anak-anak mereka akan tumbuh sehat dan aman.

Beberapa penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi termasuk hepatitis B, tuberkulosis (TB), tetanus, difteri, pertusis, polio, meningitis, pneumonia, campak, dan rubella.

Kasus Bayi Meninggal Usai Imunisasi

Sebuah kasus kematian bayi setelah menerima imunisasi menjadi perhatian para orang tua. Bayi berinisial MKA yang berusia 2 bulan 28 hari menerima imunisasi ganda untuk melengkapi status imunisasinya. Sayangnya, bayi yang diketahui berasal dari Sukabumi, Jawa Barat itu meninggal dunia beberapa jam setelah menerima empat jenis vaksin.

Menurut laman Kementerian Kesehatan, bayi laki-laki ini menerima vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG) untuk TB, Difteri-Pertusis-Tetanus-Hepatitis B-Haemophilus Influenzae Type B (DPT-HB-Hib), Polio tetes, dan Rotavirus untuk mencegah diare.

Komite Daerah (Komda) KIPI Jawa Barat dan Pokja KIPI Kota Sukabumi bersama Dinas Kesehatan Kota Sukabumi menyatakan bahwa bayi tersebut lahir dengan bantuan bidan dan telah menerima vitamin K serta vaksin hepatitis B. Namun, setelah lahir, bayi MKA tidak pernah dibawa ke puskesmas dan baru dibawa ke Posyandu pada usia 2 bulan 28 hari untuk mendapatkan imunisasi.

Imunisasi yang diberikan adalah imunisasi ganda, yaitu pemberian lebih dari satu jenis vaksin dalam satu kunjungan. Setelah imunisasi, bayi MKA pulang ke rumah dalam kondisi normal, namun kemudian menunjukkan gejala tubuh melemah. Orangtua bayi segera menghubungi Puskesmas, dan petugas kesehatan datang ke rumah untuk memberikan pertolongan pertama dan membawa bayi ke rumah sakit. Sayangnya, nyawa bayi MKA tidak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia.

Diselidiki Pemerintah

Menyusul laporan kematian bayi MKA yang dikaitkan dengan imunisasi ganda, Komda KIPI Jawa Barat dan Komnas KIPI melakukan audit. Berdasarkan audit, belum dapat dipastikan penyebab kematian apakah terkait imunisasi atau tidak. Rekomendasi autopsi tidak disetujui oleh pihak keluarga, yang juga mencabut tuntutan polisi dan kuasa hukum. 

"Keluarga tidak berkenan untuk dilakukan autopsi dan mencabut tuntutan polisi serta kuasa hukum. Mereka menerima kematian almarhum bayi MKA," ungkap Prof. Hindra.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI telah mengambil sampel vaksin yang diberikan kepada bayi MKA untuk menilai kualitas vaksin. "BPOM sedang melakukan uji kualitas pada sampel vaksin yang diberikan kepada bayi MKA," tambah Hindra.

Tim Editor
Daisy Floren

Apa Reaksi Kamu?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow
ads
ads
ads