ads
Bahaya Vape, Paru-Paru Remaja di Klaten Rusak Parah

Bahaya Vape, Paru-Paru Remaja di Klaten Rusak Parah

Smallest Font
Largest Font

Beberapa orang berpikir jika rokok elektrik atau vape lebih aman terhadap kesehatan dibandingkan dengan rokok konvensional. Namun pada kenyataannya, dua jenis rokok ini sama-sama memberikan dampak buruk pada tubuh. Bahaya Vape bahkan lebih buruk ketimbang rokok konvensional.

Pasalnya, mereka para perokok konvensional yang memutuskan untuk beralih ke rokok konvensional, justru menjadi dual smoker. Pasalnya, dampak dari rokok sebelumnya belum hilang, namun ditambah dengan asap dari vape.

Buktinya terjadi pada seorang remaja bernama Rico (18) asal Klaten, di mana paru-parunya rusak akibat kebiasaan menghisap vape. Rico harus rutin keluar masuk rumah sakit lantaran divonis menderita bronkitis dan faringitis akut. 

Rico menjadi dual smoker sudah lebih dari tujuh tahun lamanya, walaupun dia masih merupakan seorang pelajar SMA. Sebelum ditangani pihak rumah sakit, dia mengaku merasakan nyeri di bagian dadanya. 

“Waktu itu awalnya saya merasakan nyeri bagian dada kanan. Sesak nafas, pegal bagian dada dan punggung. Juga demam yang naik turun. Saya masuk rumah sakit terakhir itu pada tanggal 4 Februari 2024, dan itu sudah yang keempat kalinya,” tutur Rico menceritakan gejala yang dia alami kepada wartawan Detik. 

Faringitis Akut

Faringitis akut merupakan kondisi peradangan yang terjadi pada faring, yakni tenggorokan bagian belakang. Seringkali kondisi ini disebabkan oleh adanya infeksi virus ataupun bakteri. Gejala kondisi ini di antaranya seperti rasa gatal di tenggorokan, susah untuk menelan atau berbicara, leher terasa nyeri dan juga suara yang serak.

Seseorang bisa mengalami kondisi ini hingga berminggu-minggu. Meski demikian, ada sejumlah cara yang bisa dilakukan guna menangani faringitis akut dengan meredakan gejala yang dirasakan. 

Sesuai dengan petunjuk dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ada dua hal yang bisa dilakukan. Pertama adalah dengan penanganan mandiri serta memberikan obat-obatan dengan resep dokter. 

Untuk penanganan secara mandiri yang bisa dilakukan adalah dengan beristirahat dalam waktu yang cukup sampai kondisi terasa membaik. Mengurangi bicara, utamanya di saat suara terasa serak. Perbanyak minum air putih agar terhindar dari dehidrasi. 

Apabila udara ruangan terasa kering, bisa menyalakan pelembab udara atau humidifier. Konsumsi makanan yang memberikan rasa nyaman di tenggorokan, misalnya saja sup kaldu yang masih hangat. 

Guna meredakan tenggorokan yang terasa nyeri, bisa berkumur dengan air garam hangat dan hindari paparan asap rokok atau polusi udara akibat asap kendaraan bermotor. 

Apabila dengan penanganan secara mandiri kondisi farangitis tidak terasa membaik, setidaknya sampai dengan tujuh hari, maka penderita direkomendasikan untuk memeriksakan diri ke dokter. Nantinya, dokter bakal memberikan resep obat seperti antibiotik, pereda nyeri dan juga beberapa obat lain yang dibutuhkan guna mempercepat proses penyembuhan. 

Vape Tak Lebih Baik

Sejumlah peneliti dari Universitas Harvard yang melakukan riset menemukan data jika para penikmat vape memiliki resiko kerusakan paru-paru parah, bahkan bahaya vape lebih besar ketimbang rokok konvensional. Terlebih, kondisi demikian ini ditemukan di kalangan remaja dan dewasa muda. 

Jaringan paru-paru para pengguna vape dievaluasi, dan para peneliti menemukan adanya kerusakan di saluran udara kecil. Kondisinya mirip akibat kerusakan akibat menghirup bahan kimia, seperti para tentara yang kembali dari perang atau seseorang yang terpapar oleh gas beracun. 

Hasil penelitian yang diterbitkan lewat New England Journal of Medicine Evidence itu juga mengungkap bahwa vape bakal meningkatkan kasus penyakit paru-paru dalam beberapa tahun yang akan datang. 

Dalam penelitian, ada empat remaja yang dievaluasi, di mana mereka mempunyai riwayat menggunakan vape dari tiga sampai delapan tahun. Semua remaja itu pun ternyata mengidap penyakit paru-paru kronis. 

Kerusakan paru yang dialami seperti peredaran udara yang terhambat karena jaringan paru-paru yang mengecil, mirip pada kondisi penderita asma. Tidak lain, hal ini karena bahan kimia yang masuk ke paru-paru. 

Tim Editor
Daisy Floren

Apa Reaksi Kamu?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow
ads
ads
ads