ads
Meningitis Pada Anak Sulit Didiagnosis Dan Risiko Kematian Dalam Waktu Singkat

Meningitis Pada Anak Sulit Didiagnosis Dan Risiko Kematian Dalam Waktu Singkat

Smallest Font
Largest Font

Penyakit meningitis pada anak diketahui sangat sulit untuk didiagnosis dan perkembangannya pun sangat cepat. Hal ini disampaikan oleh Dokter ahli neurologi anak dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Nasional dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dr RA Setyo Handryastuti, ketika mengisi acara temu media, Rabu (8/5).

Dijelaskan lebih lanjut soal Setyo, meningitis pada anak rata-rata membutuhkan masa inkubasi sekitar empat hari. Sehingga apabila tidak segera mendapatkan pertolongan, bisa menyebabkan kematian. 

“Jika anak-anak tidak tertolong dalam kurun waktu 24 jam, bisa meninggal. Masa inkubasinya itu butuh empat hari. Kisarannya antara dua sampai 10 hari. Gejala awal pun sangat tidak spesifik,” terangnya seperti mengutip dari Republika. 

Lebih lanjut Setyo menjelaskan jika anak-anak yang terkena penyakit Meningitis, seringkali mengeluhkan rasa sakit dan kedinginan di daerah kaki dan tangan. Warna kulit juga mengalami perubahan yang tidak wajar, misalnya jadi pucat atau muncul bintik-bintik. 

Akan tetapi penyakit meningitis pada anak yang bersifat invasif atau perkembangannya sangat cepat, biasanya tidak memberikan gejala yang spesifik. Begitu juga dengan konsekuensi yang diberikan bisa sangat parah hingga mengancam jiwa dalam kurun waktu 15 sampai 24 jam. 

Adapun gejala non-spesifik yang bisa saja terjadi dalam kurun waktu empat sampai dengan 12 jam usai penyakit mulai menjangkiti yakni seperti demam, gelisah, gangguan pencernaan serta sakit tenggorokan. 

12 Sampai 15 jam berikutnya, akan muncul ruam hemoragik, nyeri pada bagian leher, meningismus atau sindrom sakit kepala dan bermasalah dengan cahaya (fotofobia). 15 Jam sampai 24 jam setelahnya, penderita bakal mengalami kecemasan atau kebingungan, tubuh kejang sampai tidak sadarkan diri. 

“Saat kuman itu mulai masuk dalam tubuh, muncul gejala pertamanya. Tidak sampai 24 jam kuman bakal masuk lewat saluran pernapasan atas, lalu membentuk koloni. Inilah patogen atau sel yang sangat berbahaya. Sebab kalau sampai masuk ke aliran darah, itu bisa menyebar ke bagian otak, lalu jadi meningitis. Jika ke paru-paru akan jadi pneumonia,” lanjut Setyo memaparkan. 

Data dari Kementerian Kesehatan untuk bulan Januari tahun 2023 lalu, tercatat ada penemuan sebanyak dua kasus meningococcal meningitis di Riyadh, Arab Saudi. Kemudian pada tahun 2022 ada sebanyak 12 kasus yang dilaporkan terjadi di seluruh negara itu. 

Berangkat dari kondisi ini, Setyo mengimbau kepada seluruh orang tua yang mungkin berniat mengajak anak-anak mereka untuk bepergian ke Arab Saudi, mungkin untuk tujuan umroh atau haji, harus bisa memastikan jika anak mereka memperoleh vaksinasi sebelum berangkat. 

“Vaksin meningitis ini bisa disuntikkan ke anak mulai usia sembilan bulan. Oleh karena itu apabila ingin mengajak bayi, bisa divaksin dulu. Sedangkan bayi berusia di bawah itu, sebaiknya tidak dibawa dulu,” tukasnya. 

Belakangan banyak tokoh atau publik figur yang mengajak serta anak-anak mereka beribadah haji atau umroh, dan momentum ini menurut Setyo bisa dimaksimalkan untuk sarana edukasi soal bahaya meningitis pada anak, serta pentingnya pemberian vaksin. 

Di samping vaksinasi, perlu juga pola makan yang sehat serta pemberian gizi yang seimbang. Misalnya saja cukup dalam memberikan air putih, istirahat serta tidur. Ketika selama berada di Arab Saudi untuk ibadah haji atau umroh, akan sangat baik apabila memakai masker, agar tidak mudah terjangkit penyakit. Tidak hanya penyakit meningitis semata, tetapi juga penyakit yang disebabkan penularan virus atau bakteri lainnya. 

Tim Editor
Daisy Floren

Apa Reaksi Kamu?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow
ads
ads
ads