ads
Nyamuk Wolbachia Bukan Senjata Biologis

Nyamuk Wolbachia Bukan Senjata Biologis

Smallest Font
Largest Font

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin membantah pandangan banyak pihak jika nyamuk Wolbachia merupakan sebuah senjata biologis atau biological weapon. Nyamuk ini merupakan nyamuk hasil eksperimen yang diinfeksi oleh bakteri bernama Wolbachia guna mengatasi penyebaran dan perkembangbiakan nyamuk penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD). 

Di Indonesia sendiri, nyamuk Wolbachia sudah dilakukan uji coba di wilayah Yogyakarta. Pengujian itu ditegaskan oleh Budi telah melewati serangkaian proses riset secara mendalam. 

“Datanya itu nyata ya. Jadi kalau ada yang bilang Wolbachia ini bio weapon, aduh datanya itu sudah diriset. Datanya nyata dan sejumlah negara sudah menggunakannya,” terang Budi saat ditemui wartawan CNN Indonesia di Gedung DPR Senayan, Jakarta, Selasa (21/5).

Lebih lanjut, Budi kembali menjelaskan jika nyamuk Wolbachia selama ini sudah disebarkan di Yogyakarta. Hasil dari penyebaran itu pun membuat Yogyakarta tidak mengalami kenaikan kasus DBD yang signifikan seperti di kebanyakan wilayah lain di Indonesia.

Dengan data riset soal program penyebaran nyamuk Wolbachia yang sudah ada, Budi berharap hal itu mampu menjadikan pemerintah daerah yang ada di seluruh Indonesia lebih yakin untuk melaksanakan program yang serupa.

“Jadi kalau semisal bapak ibu banyak yang kena DBD, coba liburan dulu ke Jogja yang agak lama gitu. Soalnya di sana nyamuknya tidak lagi bisa menularkan DBD. Oleh karena itu kita mau mencoba,” lanjut Budi.

Setelah dirasa sukses di Yogyakarta, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) selanjutnya berencana untuk melaksanakan program yang serupa di Bandung, Kupang, Bontang sampai dengan Semarang sebagai rangkaian upaya menekan penyebaran DBD.

Budi juga memaparkan mengenai data kasus DBD sampai dengan minggu ke-18 pada tahun 2024 ini, di mana jumlah kasusnya mengalami kenaikan tajam sampai dengan 91 ribu lebih kasus. Sedangkan untuk kasus pasien yang sampai meninggal dunia diketahui ada sebanyak 641 orang.

91 Ribu Kasus DBD

Dalam Rapat Kerja (Raker) bersama dengan Komisi IX DPR RI tersebut, Budi menjelaskan jika DBD itu merupakan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk kategori kota. Sedangkan penyakit malaria masuk dalam penyakit pedesaan. Adapun, kasus penyakit malaria yang ada di wilayah pedesaan, memiliki kemungkinan untuk berubah jadi DBD sebagai dampak dari pembangunan yang pesat dan masif.

“DBD ini kalau boleh saya bilang adalah nyamuk kota dan kalau nyamuk desa itu jadinya malaria. Namun jika desanya kemudian berubah menjadi kota, maka populasi nyamuknya pun juga mengalami perubahan, nyamuknya jadi lebih elite,” tutur Budi.

Dia pun memprediksi jika kondisi wilayah di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur saat ini masih jadi sarang nyamuk malaria. Nantinya itu bisa menjadi nyamuk penyebab DBD apabila pembangunan secara besar-besaran itu terjadi. 

Walaupun begitu, Budi menyatakan jika kasus DBD yang terjadi di Indonesia saat ini masih relatif rendah. Data tersebut adalah apabila dibandingkan dengan kasus DBD yang terjadi di Brasil.

Di Indonesia sendiri, menurut Budi kasus DBD erat dipengaruhi oleh siklus iklim, misalnya saja seperti El Nino. Melonjaknya kasus DBD ini pun sebenarnya sudah diprediksi Budi ketika El Nino mulai terjadi beberapa bulan yang lalu.

Budi juga memprediksi jika penurunan kasus DBD bisa mulai terjadi pada bulan Juli depan.

“Kemarin itu waktu Pak Presiden mengatakan ‘Ini El Nino. Hati-hati pangan’, kita sebenarnya sudah jika DBD pasti akan naik. Nanti Juli baru akan turun. Kita lihat saja pola tahunannya. Ramainya di bulan Desember dan Februari,” pungkas Budi.

Tim Editor
Daisy Floren

Apa Reaksi Kamu?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow
ads
ads
ads