ads
Gen Denivosan Langka Ditemukan Di Tubuh Penduduk Papua Nugini

Gen Denivosan Langka Ditemukan Di Tubuh Penduduk Papua Nugini

Smallest Font
Largest Font

Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Perancis (CNRS) menemukan bahwa penduduk Papua Nugini mempunyai gen unik yang tidak ada di manusia lainnya. Mereka adalah penduduk Papua Nugini yang selama ini tinggal di daerah dataran rendah, diketahui mewarisi DNA yang sangat langka dari Denisovan, yakni spesies manusia purba yang saat ini sudah punah. 

Gen Denisovan yang langka tersebut diklaim oleh para peneliti mampu menjadikan penduduk Papua Nugini mempunyai sistem kekebalan tubuh yang lebih baik dari orang kebanyakan. 

Dari penelitian tersebut juga mengungkap data jika penduduk Papua Nugini yang tinggal di wilayah dataran tinggi serta dataran rendah memiliki mutasi gen yang berbeda. Mutasi itu membantu mereka untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda. 

“Orang-orang penduduk Papua Nugini cukup unik lantaran mereka telah hidup secara terisolasi semenjak mereka ada di sana selama lebih dari 50 ribu tahun yang lalu,” terang Antropolog Biologi di CNRS François Xavier Ricaut, mengutip dari Live Science. 

Wilayah Papua Nugini memang dikenal berada di area pegunungan yang sangat terjal, sehingga kondisi untuk hidup di sana cukup ekstrem. Belum lagi adanya penyakit menular berbahaya, yang menjadi sumber penyebab lebih dari 40% tingkat kematian di negara tersebut. 

Secara alamiah, para penduduk itu pun pada akhirnya menemukan cara beradaptasi dari jalur biologis. Ini berarti, penduduk Papua Nugini merupakan percampuran genetik yang luar biasa, sehingga bisa dijadikan bahan penelitian guna mempelajari bagaimana manusia beradaptasi.

Diketahui, manusia modern yang pertama kali tinggal di Papua Nugini adalah yang berasal dari wilayah benua Afrika, pada kurang lebih 50 ribu tahun yang lalu. Mereka lantas berkembang biak dengan mengawini penduduk asli dari gen Denisovan, yang telah ada di Asia sejak puluhan ribu tahun lebih dulu. 

Hasil dari perkawinan silang antar manusia kuno itu membawa sekitar 5% DNA Gen Denisovan dalam genom genetik yang baru. 

Pada jurnal Nature Communications yang diterbitkan 30 April 2024 lalu, mereka para ilmuwan yang terlibat dalam penelitian menganalisa genom dari 54 dari penduduk yang tinggal di dataran tinggi Gunung Wilhelm dengan ketinggian antara 2.300 sampai 2.700 meter di atas permukaan laut (Mdpl). 

Kemudian membandingkannya dengan menganalisa genom dari sebanyak 74 penduduk yang tinggal di wilayah lebih rendah di Pulau Daru, di mana wilayah ini berada sekitar 100 Mdpl. 

Hasilnya ditemukan jika mutasi yang mungkin diwarisi oleh penduduk yang ada di dataran rendah dari Gen Denisovan, menjadikan jumlah sel kekebalan dalam tubuh mereka mengalami peningkatan. Kondisi ini menjadikan mereka mampu mengatasi masalah hipoksia, yakni kondisi di mana kadar oksigen dalam darah menurun saat tinggal di ketinggian. 

Penemuan ini bukanlah sesuatu yang aneh, sebab manusia yang tinggal di daerah dataran tinggi di wilayah lainnya, juga mampu mengembangkan mutasi tersendiri dalam melawan hipoksia. 

Menurut para ilmuwan, varian Gen Denisovan memberikan efek khusus terhadap protein dalam pembentukan antibodi yang bernama GBP2, di mana antibodi ini merupakan sistem pertahanan tubuh dalam melawan patogen atau virus yang kerap ditemukan di wilayah dataran rendah. Contohnya adalah parasit yang menyebabkan penyakit malaria. 

Oleh sebab itu, gen-gen tersebut mungkin telah mengalami proses evolusi dalam upaya alami manusia melawan infeksi, khususnya di dataran rendah tempat patogen beredar secara luas. 

Tim Editor
Daisy Floren

Apa Reaksi Kamu?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow
ads
ads
ads